Alih-alih maju dan berkembang, kesalahan startup ketika melakukan scale up justru bisa membuat perusahaan bankrut dan bubar. Pelajari dulu sebelum melakukannya.
Saat berhasil merintis usaha start-up dan menjalankannya dalam waktu cukup lama, kamu pasti berkeinginan untuk memperbesar cakupan bisnis atau sering disebut dengan istilah scale-up.
Terlebih lagi, jika bisnismu berjalan dengan stabil, melakukan perluasan bisnis adalah suatu keharusan. Hal ini dimaksudkan agar bisnismu tetap eksis dan makin berkembang.
5 Kesalahan Ketika Scale Up yang Harus Dihindari Startup
Agar upayamu berhasil, Selain memiliki fondasi dasar startup yang kuat, berikut adalah 5 kesalahan start-up ketika scale-up yang harus dihindari.
1. Scale Up Sebelum Waktunya
Ada banyak pelaku bisnis yang merasa sangat percaya diri saat mendapatkan konsumen. Mereka menjadikan hal ini sebagai alasan untuk melakukan scale-up.
Padahal, tidak ada yang tahu apakah konsumen tersebut benar-benar tertarik dan merasa cocok, atau hanya sekadar mencoba sekali saja untuk membandingkannya dengan produk kompetitor.
Sebagai pelaku bisnis, kamu tidak boleh bersikap gegabah dan terburu-buru dalam mengambil keputusan terkait masa depan bisnismu.
Setidaknya, kamu harus memastikan bahwa produk atau layanan yang kamu miliki sudah memiliki pasar tetap. Selain membeli, konsumen juga melakukan repeat order atau berlangganan.
Sebagai pelanggan setia yang merasa terpuaskan, mereka akan mempromosikan produkmu dengan sukarela. Saat permintaan konsumen meningkat dan tim kamu merasa kewalahan, ini mengindikasikan bahwa bisnis start-up milikmu sudah siap untuk scale-up.
2. Proses Scale Up Tidak Dibarengi dengan Infrastruktur yang Memadai
Ide scale up biasanya muncul ketika produk atau layananmu diterima dengan baik di masyarakat. Hal ini ditandai dengan naiknya permintaan pasar yang signifikan dan awareness masyarakat terhadap produkmu terus meningkat.
Pencapaian ini membuatmu harus merekrut pekerja baru demi memberikan pelayanan yang lebih baik. Tentu, kamu juga membutuhkan perluasan infrastruktur secara fisik demi memfasilitasi para pekerjamu.
Bisnis start-up memang identik dengan pemanfaatan teknologi. Oleh karena itu, untuk scale-up bisnis, kamu tidak hanya membutuhkan perluasan infrastruktur fisik, tetapi juga pengembangan secara teknologi.
Untuk mempermudah akses, kolaborasi jarak jauh, fleksibilitas, dan analisis data dalam skala besar, kamu membutuhkan layanan cloud computing/komputasi awan. Komputasi awan adalah gabungan dari pemanfaatan teknologi komputer dan internet.
3. Tidak Menentukan Tujuan Jangka Panjang dari Bisnis Startup
Melupakan tujuan jangka panjang dalam sebuah bisnis yang sedang berkembang dapat membuat dirimu sulit untuk membuat keputusan-keputusan penting. Pasalnya, tujuan jangka panjang akan melahirkan rencana bisnis untuk memastikan tindakanmu tetap berada pada jalur yang benar hingga mencapai tujuan.
Jadi, pastikan kamu memiliki tujuan yang realistis, spesifik dan terukur. Tetapkan tujuan jangka panjang ke dalam beberapa pencapaian melalui sebuah rencana bisnis. Ini sama halnya dengan menapaki langkah-langkah kecil untuk sebuah langkah yang besar.
Tujuan dan rencana bisnis juga dapat memudahkanmu untuk mendapatkan investor terkait pendanaan. Melalui pencapaian yang spesifik dan terukur, para investor dapat mengukur seberapa besar potensi bisnismu di masa depan.
4. Tidak Memedulikan Kualitas Tim
Kualitas dan kinerja tim memiliki peranan yang sangat penting dalam kemajuan sebuah bisnis. Kamu dapat meminta bantuan seorang HRD untuk memberlakukan serangkaian tes kepada calon karyawan. Tidak hanya kompetensi, tes kepribadian juga penting.
Hal ini karena sepintar apa pun tim yang kamu punya, mereka bisa saja terlibat konflik internal hanya karena kepribadian yang tidak cocok.
Masalah yang terjadi dalam sebuah tim akan memberi dampak buruk ke kinerja tim. Maka dari itu, anggap karyawanmu sebagai aset bisnis yang harus dijaga kualitasnya.
Bersama departemen sumber daya manusia, ciptakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kekompakan di antara karyawan.
5. Dana yang Terbatas
Scale-up tidak bisa dilakukan tanpa pemenuhan dana yang cukup. Sama halnya dengan ketika kamu membutuhkan dana saat merintis bisnis, begitu juga ketika kamu memutuskan untuk scale-up bisnis tersebut.
Pasalnya, kamu akan membutuhkan banyak biaya untuk menambah karyawan, menambah biaya produksi, meningkatkan infrastruktur, dan mendanai kegiatan operasional lainnya. Oleh karena itu, kamu perlu PDKT ke investor untuk mendapatkan pendanaan.
Demikian adalah beberapa kesalahan yang terjadi ada bisnis start-up ketika scale-up. Kamu dituntut untuk benar-benar memperhitungkan segala aspek terkait niatmu untuk mengembangkan bisnis.
Saat bisnismu sudah siap untuk scale-up, kamu harus segera melakukannya. Jika tidak, bisnismu bisa saja terancam oleh banyaknya kompetitor yang terus berkembang.